Sejarah Medan Membaca

Penulis: Peranita Sagala, Ketua Medan Membaca

Sejarah lahirnya Medan Membaca terkait erat dengan kehadiran sebuah situs media sosial perbukuan bernama goodreads.com. Situs media sosial itu menghubungkan penulis, penerbit dan para pecinta buku dalam satu wadah. Semua bebas memberi ulasan, berkomentar, dan membuat grup komunitas berdasarkan lokalitas, tema diskusi, fans penulis, atau apapun yang disukai. Di Indonesia, terbentuklah grup Goodreads Indonesia yang didirikan oleh Femmy Syahrani pada tahun 2007. Diskusi dalam grup itu kemudian membangun kesadaran pentingnya mendokumentasikan dan mengenalkan buku-buku karya penulis Indonesia dalam ulasan yang bebas tanpa aturan baku para kritikus intelektual. Penilaian pembaca yang sangat independen, bebas kepentingan kapitalis buku, membuat website tersebut kemudian menjadi alat bantu yang membaca segmen pasar ataupun respon pembaca terhadap sebuah buku. Banyak wacana perbukuan yang semakin berkembang setelah diulas dalam grup tersebut. Hingga akhirnya diskusi hangat dalam grup tersebut dilanjutkan dalam kopi darat di dunia nyata. Sejak saat itu, secara nasional beberapa pegiat perbukuan bergabung dan mendirikan komunitas Goodreads Indonesia. Semangat itu disertai dengan terbentuknya komunitas sejenis di tiap daerah. Ada Goodreads Jakarta, Goodreads Semarang,Goodreads Bandung, dan Goodreads Medan. Sampai sekarang komunitas tersebut masih ada dengan caranya masing-masing saling menyemangati dalam membangun komunitas literasi. 



 Tahun 2009-2010 adalah masa merintis berdirinya Komunitas Medan Membaca. Kala itu demam membangun komunitas di kota Medan tidak seramai saat ini. Bertemu dengan orang baru yang tidak dikenal sama sekali, ditambah para pembaca buku yang sebenarnya lebih suka kesenyapan, membuat pertemuan ini bukanlah hal yang mudah. Kawan-kawan di goodreads Indonesia termasuk pendorong pertemuan ini. Dewi Siagian yang menginisiasi pertemuan itu, kemudian disambut oleh Hardiansyah Taher dan Peranita Sagala. Kopdar pertama diadakan di kafe kecil bernama Kopi Cangkir, Jl. Dr. Mansyur. Sayangnya kami tak pernah mencatat tanggal itu dalam ingatan. Awalnya canggung, tapi setelah mengenalkan bacaan masing-masing, diskusi berubah menjadi hangat dan seru. Tak terasa pertemuan ini menghabiskan waktu dua jam. Disepakatilah Dewi Siagian sebagai koordinator dengan kegiatan utama hanya kopdar.

Sejak itu, naik turun komunitas ini dimulai.Goodreads Medan adalah nama pertama dari Medan Membaca. Perubahan nama terjadi di tahun 2011. Saat itu goodreads.com, dijual oleh pemiliknya Otis Chandler kepada Amazon.com. Kenyataan ini membuat para pegiat buku kecewa. Kegiatan mengulas buku yang selama ini dilakukan dengan senang hati serta merta menjadi alat promosi gratis kapitalis buku Amazon.com. Para pengulas yang selama ini aktif memberikan ulasan, satu persatu menarik diri. Goodreads Indonesia juga mengalami perubahan cukup besar. Beberapa pengurus dan anggota yang selama ini aktif dan kritis membangun diskusi menarik diri bahkan menutup akunnya di goodreads.com. Goodreads Medan menyadari perubahan ini dan melakukan rapat pengurus membahas indentitas Goodreads Medan dan keterhubungannya dengan goodreads Indonesia maupun goodreads.com. Dengan semangat lokalitas, nasionalisme dan kemandirian, goodreads Medan memutuskan untuk merubah nama menjadi Komunitas Medan Membaca. Hubungan dengan Goodreads Indonesia dan goodreads.com hanyalah dalam hal sejarah berdirinya komunitas ini. Penggunaan term “Medan” dipilih karena memiliki makna ganda. Medan sebagai Kota dan Medan sebagai area. Makna yang sama ketika digunakan untuk “medan magnet”, atau “medan perang”. Medan Membaca dalam sejarah berdirinya lahir di Kota Medan, namun makna Medan Membaca sendiri adalah area membaca. Apapun yang berkaitan dengan aktifitas membaca.

Perubahan nama komunitas juga merubah wadah komunikasi para anggota. Saat itu digunakan media sosial Line sebagai wadah bersama. Dalam grup Line itulah aktifitas komunitas rutin dilakukan. Kegiatan berkembang tidak hanya kopdar, tapi meluas dalam bentuk donasi buku, membuat goodreads corner, bergantian mengulas buku secara online, nonton film bersama, berdiskusi dan menginformasikan kegiatan seputar literasi. Tren media sosial kemudian berubah ke WhatsApp Group. Hingga saat tulisan ini dibuat, kegiatan Medan Membaca masih menggunakan WhatsApp Group,website resmi medanmembaca.or.id, facebook fanpage dan instagram. Pendaftaran anggota awalnya hanya berdasarkan kehadiran dalam kopdar. Cukup hadir dalam kopdar kemudian diajak bergabung dalam grup online, otomatis seseorang dianggap anggota Medan Membaca. Selain Line, media sosial lainnya mulai dirintis, di twitter, blog, dan facebook. Komunitas Medan Membaca juga merangkum kegiatan-kegiatan yang terlaksana dalam berbagai media sosial dan website resminya yaitu medanmembaca.or.id. Memanfaatkan program pemerintah saat itu untuk layanan website bagi komunitas dan UKM. Dan yang paling terakhir adalah Instagram dan YouTube. Media sosial ini menjadi wadah penyebarluasan visi komunitas sekaligus merekrut anggota-anggota baru.

Perjalanan Komunitas Medan Membaca diwarnai berbagai dinamika. Kepemimpinan berganti dan memberikan warna tersendiri dalam perkembangan komunitas. Dewi Siagian mengundurkan diri dari ketua, digantikan dalam kopdar oleh Hardiansyah Taher. Dalam Kopdar, tahun 2013 Hardiansyah digantikan oleh Sakinah Mariz. Tak lama menjabat, Roni Febriansyah kemudian mengambil-alih dan menjalankan fungsi koordinator sampai tahun 2017. Tahun 2017, jabatan koordinator diambil alih kembali oleh Hardiansyah Taher. Peralihan jabatan koordinator selalu dalam wadah kopdar ataupun pertemuan beberapa pengurus inti. Tahun 2019, Hardiansyah mengalihkan jabatan ke Peranita Sagala dalam sebuah kopdar. Kali ini peralihan terjadi, diikuti perubahan sistem organisai. Medan Membaca diwacanakan untuk segera terdaftar di Kementrian Hukum dan HAM. Sejak itu istilah koordinator diganti menjadi Ketua, sesuai dengan aturan sebuah perkumpulan menurut Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hingga saat ini anggota yang sudah terdaftar pada Medan Membaca lebih kurang 100 orang anggota dengan data di whatsApp Grup hampir mencapai 250 orang.

Kegiatan Komunitas Medan Membaca beragam sesuai dengan minat pengurus pada masanya. Kopdar merupakan salah satu sarana perekrutan anggota, oleh sebab itu kopdar selalu dikemas dalam bentuk kegiatan yang menarik meskipun tema utama kopdar adalah perkenalan sesama anggota dan pendatang baru. Beberapa kopdar yang cukup diminati dan dihadiri banyak peserta adalah Nonton Bareng Film adaptasi Buku, berkunjung ke perpustakaan Badan Warisan Sumatera, Berwisata kereta Api ke kota Binjai, LiterAksi Night. Komunitas ini berupaya sekreatif mungkin menunjukkan bahwa membaca adalah aktifitas yang humanis dan seru. Kegiatan donasi buku beberapa kali diadakan dan yang terbesar adalah donasi ke sebuah desa terpencil bernama Tapak Kuda di pesisir Kabupaten Langkat tahun 2016.

Sejak tahun 2016, Medan Membaca juga memulai kegiatan pojok baca. Sejenis taman bacaan yang diselenggarakan di tempat dan waktu tertentu di taman kota Medan. Awalnya, kegiatannya adalah memajang buku-buku bacaan untuk dibaca pengunjung taman, sekali-kali diskusi. Pada perjalanan waktu, kegiatan ini dikombinasikan dengan kegiatan literasi Anti Korupsi yang bertahan hingga tahun 2020. Medan Membaca juga membantu manajemen pengelolaan perpustakaan desa dan taman baca. Hal ini didukung karena beberapa pengurus berlatar belakang pendidikan Perpustakaan. Tahun 2019 adalah tahun penting bagi Medan Membaca. Setelah sekian lama menggalang donasi untuk meresmikan komunitas ini dalam perkumpulan yang terdaftar secara legal, akhirnya dana yang terkumpul sudah cukup dan sudah saatnya. Tanggal 18 Januari kemudian menjadi hari lahir Komunitas Medan Membaca. Walaupun secara resmi terdaftar di tahun 2019, namun umurnya sudah mencapai 9 tahun, terhitung sejak pertemuan pertama di Jl. Dr. Mansyur, Medan. Arah kedepan Medan Membaca ingin semakin fokus untuk menggiatkan budaya literasi dan perbukuan dengan lingkup yang lebih luas. Medan Membaca ingin berperan penting dalam peningkatan budaya literasi di masyarakat dan terus bekerja dan berbenah diri agar mewujudkan budaya literasi disetiap lapisan masyarakat.


LINIMASA SEJARAH MEDAN MEMBACA

 2010 

 Kopdar Goodreads di Medan disepakati membentuk : Goodreads Indonesia-Medan. 

Koordinator : Dewi Siagian 


2012-2014 

Koordinator : Hardiansyah Taher Didirikannya Goodreads Corner di LIA English Course, Jl. Mongonsidi Medan. 

Goodreads Medan berganti nama menjadi KOMUNITAS MEDAN MEMBACA


2014 

Koordinator : Sakinah Mariz 


2015-2017 

Koordinator : Rony Febrian 


2017-2018

Koordinator : Hardiansyah Taher

 Goodreads Corner ditutup. Seluruh aset buku disimpan oleh koordinator baru, Peranita Sagala 


2018-2019 

Koordinator : Peranita Sagala 


2019-2024 

Ketua : Peranita Sagala Komunitas 

Medan Membaca mendaftarkan diri menjadi Perkumpulan Medan Membaca. 

Istilah Koordinator diganti menjadi Ketua. 


Sumber: Evyta Ar. dkk, Medan Membaca, Buku Karya Bersama Komunitas Medan Membaca, Farha Pustaka, 2020

No comments:

Powered by Blogger.