Perempuan di Titik Nol


Judul Buku: Perempuan di Titik Nol 
Pengarang: Nawal El Sadawi
Pengulas: Pera Sagala

Buku ini salah satu buku yg cukup berpengaruh terhadap cara pandangku pada dunia. Gak banyak buku yg punya kekuatan seperti ini buku ini dalan terimakasih kepada Adik2 HMI FIS UNIMED yanymembantu ku mereview kembali buku pedas dan keras ini sekaligus menjadi teman diskusi yg asyik.

Novel ini berkisah tentang Firdaus, seorang pelacur kelas papan atas di Mesir yg hidup di era tahun 79an. Ya..novel ini diangkat dari kisah nyata dan ditulis dengan tajam oleh Nawal El Sadawi yg mewawancarai Firdaus sebagai dokter psikiater di hari menjelang sang pelacur itu di hukum mati Krn telah membunuh. Dia membunuh seorang pangeran yg membayar jasanya sebagai pelacur.

Cerita mengangkat tentang tema seksualitas. (Ya .tentu saja,.. kehidupan pelacur adalah seksualitas.) Tapi s urusan ranjang yg privat itu menjadi urusan publik yg sangat menghawatirkan bagi siapapun. Baik Pemegang Kekuasaan Negara dalam kisah Firdaus, maupun pemerintah Mesir setelah buku ini terbit. Mesir yg melarang peredaran buku ini diawal penerbitannya.

Urusan seksualitas perempuan, adalah urusan negara. Itulah kenyataan yg diludahi oleh Firdaus.

Perjalanan hidup Firdaus dikisahkan sejak masa kecil, menggambarkan kehidupan kelas bawah di pedesaan Mesir. Digambarkan bagaimana kehidupan perempuan yg menerima KDRT sebagai kewajaran hidup. Dikisahkan juga dengan detail bahwa sejak kecil kekerasan seksualitas adalah hal yg dianggap biasa oleh perempuan.

Dimulai dari Sunat perempuan yg dikisahkan dengan traumatis dalam buku ini. Sangat berbeda dengan sunat perempuan yg pernah jadi kebiasaan Indonesia. Sunat perempuan disana dilakukan dengan tujuan perempuan tidak dapat merasakan nikmat hubungan seksual, bahkan kalau bisa... sakit. Krn...dalam peradaban disana, merasakan kenikmatan seksual bukanlah hak perempuan, tabu.


Perjalanan hidup Firdaus, penuh dengan kekerasan seksual. Baik dari paman, sahabat, suami, pengacara, pangeran. Semua laki-laki di dalam novel ini adalah tokoh jahat dan budak seksual.

Sempat dia merasakan jatuh cinta, namun kemudian patah hati, ditinggal begitu saja oleh pasangannya. Setelah dia mengenal uang, menguasai kekuatan uang dari hasil melacur, Firdaus dengan teramat pedas mengkritik perempuan merasa terhormat dengan menikah.

Bagi Firdaus, pernikahan lebih buruk dari pada pelacuran. Menikah adalah pelacur yg terselubung, pelacur yg merasa terhormat. Bedanya... perempuan yang menikah dengan pelacur adalah bahwa pelacur bisa menentukan harga dari hubungan seksual yg diberikannya, sebaliknya di pernikahan tidak bisa. Bahkan dalam lingkungan sekitar firdaus, pelayanan seksual perepuan dalam pernikahan tidak hanya gratis, tapi berbonus kekerasan dalam rumah tangga. Rela. Dan itulah kehidupan perempuan yg merasa terhormat.

Duh... banyak yg bisa didiskusikan dari novel tulis dan kisah hidup Firdaus ini. Kurasa pun tak kan habis didiskusikan. Tapi aku sangat respect dan penasaran pada kaum laki-laki yg membaca buku ini lalu merekomendasikan buku ini untuk dibaca. Buku ini merubah cara pandangku terhadap relasi perempuan dan laki-laki, maka aku selalu penasaran, sejauh mana buku ini merubah pembaca laki laki dalam relasi lawan jenisnya.

Kalau kamu laki-laki dan sudah baca ini, bantu aku jawab ya. šŸ˜ŠšŸ™.

Kalau kamu perempuan...suer... wajib baca! Jgn sampai pernikahan yang kau banggakan itu ternyata lebih rendah nilainya dari seorang pelacur Firdaus yg mampu menakutkan Rezim pemerintah.

No comments:

Powered by Blogger.